Pembelajaran
Konstruktivisme dan Kontekstual

Anggota Kelompok :
Dita Try Oktaviyanti (4301411067)
Novalia Lawanti Nk (5101411068)
Ustadz Ulinnuha (6101411002)
Kharisma Rudiansyah (6101411255)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2012
A.
Pembelajaran konstruktivisme dan
kontekstual
1.
Pengertian
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan
yang menyatakan bahwa menusia membangun dan memaknai pengetahuan dari
pengalamannya sendiri . Konstruktivisme seringkali dikaitkan dengan pendekatan
pendidikan yang meningkatkan kegiatan belajar aktif atau kegiatan belajar
sambil belajar.
Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivisme
adalah peserta didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara
memberikan pelatihan untuk mengambil prakarsa belajar . untuk mendorong agar
peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar , maka lingkungan belajar
harus menunjukkan suasana demokratis , kegiatan pembelajaran berlangsung
interaktif terpusat pada peserta didik dan pendidik memperlancar proses belajar
sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri dan
bertanggung jawab atas kegiatan belajanya .
2.
Asumsi pembelajaran
a. Hakekat peserta didik
ü Peserta didik adalah individu yang
bersifat unik : peserta didik dipandang sebagai individu yang kompleks dan
multidimensional
ü Latar belakang dan kebudayaan peserta
didik : konstruktivisme social mendorong peserta didik menghadirkan versi
kebenarannya sendiri , dan hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang , kebudayaan
atau pandangan tentang dunianya sendiri . hal ini juga menekankan pentingnya
jenis interaksi social dengan orang lain yang lebih berpengetahuan . Tanpa
adanya interaksi social dengan orang-orang
yang lebih berpengetahuan , maka tidak mungkin memperoleh makna social
tentang sistem symbol dan belajar tentang cara-cara menggunakan sistem symbol tersebut .
ü Tanggung jawab belajar dimana dalam
pembelajaran konstruktivisme lebih menekankan kepada pentingnya peserta didik
terlibat aktif dalam proses pembelajaran .
ü Motivasi belajar adalah tergantung
pada keyakinan peserta didik terhadap potensi belajarnya
b. Peranan pendidik yaitu mempunyai
peran sebagai fasilitator , tugas pendidik adlah berceramah tentang pelajaran
yang diajarkan , sedangkan tugas fasilitator adalah membantu peserta didik
memperoleh pemahaman tentang isi pelajaran
c. Hakekat proses belajar
ü Belajar merupakan proses social dan
aktif , pandangan para pakar konstruktivisme social memandang belajar sebagai
proses aktif dimana peserta didik belajar menemukan prisip , konsep , dan fakta
untuk dirinya sendiri , dan karena itu penting untuk mendorong berpikir
intuitif pada peserta didik .
ü Dinamika interaksi antara tugas ,
pendidik , dan peserta didik . Karakteristik peran fasilitator dalam sudut
pandang konstruktivisme social adalah bahwa pendidik dan peserta didik terlibat
secara sama dalam kegiatan belajar , ini berarti bahwa pengalaman belajar
adalah bersifat subjektif dan objektif serta mempersyaratkan bahwa kebudayaan ,
nilai dan latar belakang pendidik menjadi bagian penting dari jawaban antara
peserta didik dan tugas dalam membentuk makna. Masalah atau tugas adalah
berhadap-hadapan antara pendidik dan peserta didik . Hal ini menciptakan
interaksi yang dinamik antara tugas , pendidik , dan peserta didik .
d. Kolaborasi antar peserta didik
ü Belajar sambil mengajar , peserta
didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakang hendaknya berkolaborasi
dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang
kebenaran.
ü Pentingnya konteks , konstruktivisme
social memandang konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat belajar ,
pengetahuan yang tidak sesuai dengan konteks tidak memberikan keterampilan
kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang
bersifat autentik , dan belajar autentik itu terjadi apabila peserta didik
menjadi bagian dari kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan penerapan
belajar dan terjadi di dalam kebudayaan yang sama dengan lingkungan yang
diterapkan .
e. Asesmen
Asesmen
dinamik adalah cara menilai potensi peserta didik yang berbeda dari penilaian
konvensional , disini belajar interaktif
diperluas dengan proses asesmen . Peranan asesor adalah berdialog dengan
peserta didik untuk memperoleh kinerja atau tugas tertentu dan berbagi dengan peserta didik untuk
memperbaiki kinerjanya . Asesmen dan
belajar dipandang sebagai proses yang
berkaitan . Pendidik hendaknya memandang
asemen sebagai proses interaksi kontinyu untuk mengukur prestasi belajar , dan
kualitas pengalaman belajar .
f.
Pemilihan
, cakupan dan urutan materi pembelajaran
Ø Pengetahuan dipandang sebagai
keseluruhan yang terpadu
Pengetahuan tidak dibagi
menjadi materi belajar yang berbeda ,
namun hendaknya dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu
Ø Keterlibatan peserta didik
Peserta didik hendaknya
diberikan berbagai tugas yang mengacu pada keterampilan dan pengetahuan diluar
tingkat penguasaan yang telah dimiliki . Ini akan menggambarkan motivasi dan
melekatkan keberhasilan yang diperoleh sebelumnya untuk meningkatkan kepercayaan
diri peserta didik .
Ø Struktur proses belajar
Hal ini penting untuk
memperoleh keseimbangan antara derajat kestrukturan dan fleksibilitas proses
belajar . Savery (1994) menyatakan bahwa semakin terstruktur lingkungan belajar
, semakin tidak mampu peserta didik membangun makna berdasarkan pemahaman
konseptualnya.
3. Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran konstruktivisme
menekankan pembelajaran dari atas kebawah yang berarti peserta didik mulai
memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan
(dengan bantuan pendidik) keterampilan dasar yang diperlukan .
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan belajar kerjasama ,
aktivitas belajar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah memecahkan masalah
secara terbuka , diskaveri , dan eksperimen.
Pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam teori rekonstruksi disebut belajar generative . asumsinya
adalah bahwa semua kegiatan belajar adalah menemukan (discovery) . Strategi
belajar generative mengajarkan peserta didik tentang cara-cara mengoperasikan
mental ketika menghadapi informasi baru. Misalnya , peserta didik diajarkan
tentang teknik bertanya , meringkas , membuat analogi tentang materi yang telah
dipelajari , dan membuat ulasan atas ceramah yang telah didengarkan.
Pembelajaran yang sangat berpengaruh
terhadap prinsip-prinsip konstruktivisme adalah diskaveri , penangkapan , dan
belajar terbimbing (assisted learning) atau scaffolding.
Diskaveri (discovery learning) dimana peserta didik belajar melalui
keterlibatan aktif terhadap konsep dan prinsip-prinsip , sedangkan pendidik
mendorong peserta didik agar memilki pengalaman dan melaksanakan eksperimen
yang memungkinkan peserta didik menemukan prinsip-prinsip untuk dirinya
sendiri.
Keuntungan belajar dengan menggunakan
pendekatan diskoveri yang pertama adalah belajar diskaveri mampu memunculkan
hasrat ingin tahu peserta didik , dan memotivasi pserta didik untuk bekerja
keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul . Kedua , melalui
belajar diskaveri peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan
memecahkan masalah karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
Penangkapan (reception learning) ,
menurut Ausubel belajar penangkapan adalah dimana peserta didik tidak selalu
mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka
memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari
apa yang diajarkan disekolah . Para
pakar teori belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas pendidik adalah
Ñ Menstrukturkan situasi belajar
Ñ Memilih materi pembelajaran yang
sesuai dengan peserta didik
Ñ Menyajikan materi pembelajaran secara
terorganisir yang dimulai dari gagasan umum menuju kepada gagasan rinci
Kesamaan belajar diskaveri dan penangkapan , antara lain :
ü Keduanya mementingkan keterlibatan
aktif peserta didik didalam proses belajar
ü Keduanya menekankan tentang cara-cara
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh prserta didik dengan belajar
baru
ü Keduanya menyatakan bahwa pengetahuan
pada dasarnya terus menerus berubah walaupun telah masuk didalam pikiran
seseorang
Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran
ekspositori yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik
mengenai informasi yang bermakna (meaningful informasi) . Pembelajaran
ekspositori ini terdiri atas 3 tahap penyajian :
Ø Tahap pertama : penyajian advance
organizer
Ausubel (1960) menyatakan
bahwa advance organizer merupakan strategi pembelajaran kognitif yang digunakan
untuk meningkatkan pembelajaran dan penguasaan informasi baru . Advance organizer
berfungsi untuk menghubungkan gagasan yang disajikan didalam pelajaran
denga informasi yang telah berada
didalam pikiran peserta didik dan memberikan skema organisasional terhadap
informasi yang sangat spesifik yang disajikan.
Ø Tahap kedua : penyajian materi atau
tugas belajar
Pendidik menyajikan
materi pembelajaran baru dengan menggunakan metode ceramah , diskusi , film
atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik. Ausubel menekankan
tentang pentingnya mempertahankan perhaian peserta didik dan juga pentingnya
pengorganisasian materi pelajaran yang dikaitkan dengan struktur yang terdapat
di dalam advance organizer . Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan
diferensiasi progresif , dimana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap ,
dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik , contoh-contoh
ilustratif , dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.
Ø Tahap ketiga : memperkuat organisasi
kognitif
Dalam tahap ketiga ,
Ausubel menyarankan bahwa pendidik mencoba mengaitkan informasi baru kedalam
struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran , dengan cara
mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan
dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
Belajar terbimbing atau
scaffolding , scaffolding merupakan praktik yang didasarkan pada belajar
terbimbing yang dikembangkan oleh Vygotsky (Slavin , 1994) . Dapat diartikan
pula bahwa scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan
dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan
secara perlahan-lahan mengurangi batasan-batasan tersebut karena peserta didik
telah memperoleh pengetahuan , keterampilan , dan kepercayaan diri dalam
mengatasi kompleksitas konteks tersebut (Young , 1993)
Scaffolding atau belajar
terbimbing itu meliputi kegiatan pemberian struktur kepada peserta didik pada
awal pelajaran kemudian secara gradual menyerahkan tanggung jawab belajar
kepada peserta didik.
B.
Pembelajaran kontekstual
1.
Pengertian
Pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata , memotivasi peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata ,
seperti anggota keluarga , warga negara , dan pekerjaan , serta mempersyaratkan
belajar dan kerja keras .
Pembelajaran
kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan
memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari .
Johnson (2007)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang
bertujuan menolong peserta didik melihat makna dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka , yaitu dengan konteks keadaan pribadi ,
social , dan budaya mereka . Untuk mencapai tujuan seperti itu , sistem
tersebut melibatkan 6 komponen , yaitu : membuat keterkaitan yang bermakna ,
melakukan pekerjaan yang berarti , berpikir kritis dan kreatif , membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang , mencapai standar tinggi , dan
menggunakan penilaian autentik .
Dalam kelas
kontekstual , tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya .
Maksudnya , pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi .
Tujuan dari
penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan
antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai
individual , anggota keluarga , anggota masyarakat dan anggota bangsa.
2.
Landasan Pemikiran
a. Proses belajar
1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal
2) Peserta didik belajar dari mengalami
3) Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu
persoalan
4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah , tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan
5) Menusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru
6) Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan
masalah
7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak
b. Transfer belajar
1) Peserta didik balajar dari mengalami sendiri ,
bukan dari pemberian orang lain
2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas
dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3) Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia
belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c. Peserta didik
1) Seorang peserta didik mempunyai kecenderungan
untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
2) Strategi belajar itu penting , khususnya untuk
hal-hal yang sulit , strategi belajar amat penting
3) Peran orang dewasa (pendidik) membantu
menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui
4) Tugas pendidik memfasilitasi agar informasi
baru bermakna , member kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri ,
dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri
d. Lingkungan belajar
1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada peserta didik
2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara
peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka , lebih mementingkan hasilnya
3) Umpan balik amat penting bagi peserta didik ,
yang berasal dari proses penilaian yang benar
4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk
kerja kelompok itu penting
3.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
a. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dalam pendekatan
pembelajaran kontekstual mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga
peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata , apabila peserta didik terlibat dalam proyek
penelitian di kelas , misalnya meneliti tentang perencanaan kota , mereka perlu
belajar dan menerapkan seni bernegosiasi , matematika , dan pengetahuan ilmiah
lainnya
b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual
berbasis pada : pertama , standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara
nasional atau local , atau oleh asosiasi profesi . Kedua , pengetahuan dan
keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi
tertentu , dan Ketiga , untuk mencapai tujuan pembelajaran , peserta didik
perlu menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti pemecahan
masalah , berpikir kritis , dan pembuatan keputusan
c. Pengalaman belajar
Peserta didik memulainya dengan pengetahuan
yang telah dimiliki , pengelaman masa lalu , dan situasi tertentu , serta
melaksanakan kegiatan dalam koneks eksternal seperti di sekolah, rumah , tempat
kerja , dan internet. Pengalaman belajar akan menghasilkan pemahaman yang lebih
mendalam sehingga peserta didik dalam memperoleh kompetensi memerlukan waktu
yang lebih lama namun mampu menerapkan pengalaman tersebut dengan cara yang
benar
d. Integrasi pendidik akademik dan karir
Integrasi pendidik akademik dan karir akan
membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman tentang
karir atau bidang kajian teknis tertentu . Semua pendidik , baik secara
individual maupun tim , berupaya meningkatkan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar
4.
Kompenen pembelajaran kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari . Ada tujuh kompenen utama
pembelajaran efektif , yaitu konstruktivisme , bertanya , menemukan ,
masyarakat belajar , permodalan dan
penilaian sebenarnya
a. Konstruktivisme
Manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong . Peserta
didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah , menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya , dan bergelut dengan ide-ide . Esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki , informasi itu menjadi milik mereka sendiri
Dengan dasar itu , pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkontrusi bukan menerima pengetahuan . Tugas pendidik adalah
menfasilitasi proses belajar dengan :
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan
bagi peserta didik
2) Member kesempatan peserta didik menemukan dan
menerapkan idenya sendiri
3) Menyadarkan peserta didik agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar
b. Inkuiri
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Contextual
Teacning and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta
didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Pendidik harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri yaitu
Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan, Pengumpulan data dan Penyimpulan.
Langkah-langkah
kegiatan inkuiri dalam pembelajaran kontekstual mencakup kegiatan sebagai
berikut :
1. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran
apapun)
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, pendidik, atau audien yang lain.
c.
Bertanya
Pengetahuan yang
dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya)
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CLT. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pendidik untuk mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan berpikir pada peserta didik. Bagi peserta didik, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan peserta didikan pembelajaran
yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d.
Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat
belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan
orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok,
dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas CTL,
pendidik disarankan selalu melaksanakan peserta didikan pembelajaran dalam
kelompok yang anggotanya bersifat hiterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi
apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang pendidik yang mengajari pesrta
didiknya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu
arah, yaitu informasi hanya datang dari pendidik ke arah peserta didik, tidak
ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh pendidik yang datang dari arah
peserta didik. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Metode
pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses
pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke
kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di
atasnya, bekerja dengan masyarakat.
e.
Pemodelan
Dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu ataupun pendidik
memberi contoh cara mengajarkan sesuatu.
Sebagian pendidik
memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum peserta didik melaksanakan
peserta didikan tugas tersebut, peserta didik mengamati pendidik membaca dam
membolak balik teks. Gerak mata pendidik dalam menelusuri bacaan menjadi
perhatian utama peserta didik, dengan begitu peserta didik tahu bagaimana gerak
mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan pendidik
disampaikan kepada peserta didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran
menemukan kata kunci secara cepat.
Secara sederhana,
kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati
peserta didik, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus itu
pendidik menjadi model.
f.
Refleksi
Refleksi adalah
cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Peserte didik
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang
baru diterima.
Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki peserta didik diperluas
melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit.
Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak
peserta didik. Pada akhir pembelajaran, pendidik menyisakan waktu sejenak agar
peserta didik melakukan refleksi.
g.
Penilaian autentik
Penilaian adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh
pendidik agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan pendidik mengidentifikasikan bahwa
peserta didik mengalami kemacetan belajar, maka pendidik segera mengambil
tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama secara integral
tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang
benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu
mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses
pembelajaran. Kemampuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil.
Penilaian autentik menilai pengetahuan
dan keterampilan (performansi) yang diperoleh peserta didik. Dengan demikian
sebagai penilai tidak hanya pendidik, tetapi bisa juga teman atau orang lain.
5.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual akan berhasil
apabila sasaran utamanya adalah mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan
akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik. Hal ini akan terjadi
apabila peserta didik memahami tiga prinsip pokok, yaitu : kesaling
bergantungan (interdependence), deferensiasi (defferentiation), dan pengaturan
diri (self regulation).
a.
Prinsip kesaling bergantungan
Prinsip kesaling
bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan
pendidiklain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam. Menyadari adanya
kesaling bergantungan ini dapat menimbulkan pemikiran kritis dan kreatif, dan
pemikiran ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dapat
menghasilkan pemahaman baru.
Prinsip kesaling bergantungan juga
mendukung adanya kerjasama antar komunitas belajar. Dengan kerja sama, peserta
didik tergantung dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari
alternatif pemecahan masalah.
b.
Prinsip diferensiasi
Pendidik yang melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajran kontekstual, mereka akan
melihat pentingnya kelas itu tercipta suasana yang memicu kreativitas,
keunikan, keragaman, dan kerjasama. Pembelajaran aktif yang terpusat pada
peserta didik juga mendukung prinsip differensiasi untuk menuju keunikan. Hal
ini membebaskan peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan cara
belajarnya sendiri dan berkembang dengan langkah-langkahnya sendiri.
c.
Prinsip pengaturan diri
Dalam prinsip ini, kegiatan belajar
diatur sendiri, dipertahankan sendiri, dan disadari sendiri oleh peserta didik.
Prinsip pengaturan diri meminta pendidik untuk mendorong setiap peserta didik
mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan prinsip ini, sasaran utama
pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mencapai keunggulan
akademik, memperoleh keterampilan tertentu dan mengembangkan karakter dengan
cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki.
6.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Esensi
pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mengaitkan antara materi
yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka
sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota
bangsa dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual, prose belajar mengajar akan lebih konkret, lebih
realitis dan lebih bermakna.
Pembelajaran kontekstual
menggunakan berbagai pendekatan yaitu : pendekatan berbasis masalah,
menggunakan konteks ganda, pengelompokan peserta didik, dukungan belajar
mengatur diri sendiri, membentuk kelompok belajar saling bergantung,
menggunakan asesmen autentik.
a.
Pembelajaran berbasis masalah
Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang melibatkan peserta
didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep
dari berbagai isi pelajaran. Pendekatan ini meliputi perolehan informasi yang
berkaitan dengan masalah, mensistensis informasi, dan menyajikan temuan kepada
orang lain.
b.
Penggunaan keragaman konteks
Teori kognisi yang sesuai dengan
situasi menyatakan bahwa pengetauan tidak dapat dipisahkan dari konteks fisik
dan sosial dimana pengetauan itu berkembang. Bagaimana dan dimana seseorang
memperoleh dan menciptakan adalah sangat penting. Oleh karena itu, pengalaman
pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar
keterampilan diberbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, keluarga dan
masyarakat.
c.
Pengelompokan peserta didik
Esensi pengelompokan peserta didik
adalah agar mereka mampu berbagi pengalaman atau informasi. Oleh karena itu
dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam
konteks belakang sepeprti kebiasaan, kemampuan dan sejenisnya, agar mereka
memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah. Perbedaan ini juga
dapat mendorong semangat belajar dan menambah kompleksitas pengalaman dalam
pengalaman belajar.
d.
Dukungan belajar peserta didik mengatur diri
sendiri
Dalam pembelajaran kontekstual
diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dalam hal ini mereka mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.untuk melakukan kegiatan
seperti itu, peserta didik harus lebih menyadari cara mengolah informasi,
menggunakan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang
menkonteks belakangi identifikasi dan pemecahan masalah. Pengalaman
pembelajaran kontekstual juga memberikan peluang kepada peserta didik untuk
melakukan refleksi atas kegiatan belajarnya, dan menyediakan dukungan untuk
membantu mereka mengubah diri dari individu yang belajar dengan bimbingan orang
lain menjadi individu yang belajar mandiri.
e.
Pembentukan kelompok belajar saling bergantung
Peserta didik akan dipengaruhi dan
akan memberiakan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain.
Kelompok belajar atau komunitas belajar yang dibangun di sekolah atau di tempat
kerja dimaksudkan untuk berbagai pengetahuan, terfokus pada tujuan dan
memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan. Apabila
komunitas belajar itu dibangun di sekolah, peran guru hendaknya sebagai
fasilitator ataupun sebagai pembimbing belajar.
f.
Menggunakan asesmen autentik
Pembelajaran
kontekstual dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan secara bermakna
dengan melibatkan peserta didik dalam kehidupan nyata atau konteks yang
autentik. Oleh karena itu asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan
tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi,
terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah
perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk
memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran.
Kesimpulan :
Pembelajaran konstruktivisme dengan
pembelajaran kontekstual merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan , dimana
pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran atas pengalaman yang
dimiliki oleh seseorang itu sendiri sedangkan kontekstualnya sendiri dimana
peserta didik dapat mengaitkan ilmu yang ia miliki dengan kehidupan nyata ,
contohnya saja orang yang berasal dari pedesaan yang mata pencahariaannya
bertani , kemudian ia kuliah di perguruan tinggi mengambil jurusan pertanian ,
setelah ia lulus ia membantu para petani di desanya untuk bagaimana agar mata
pencaharian di desanya tetap berjalan bahkan maju.
Lampiran
A. Daftar pertanyaan :
1.) Ardi : Pada komponen kontekstual , apakah yang
dimaksud dengan inkuiri ?
2.) Lila Safitri : Setiap individu bersifat unik ,
jika ada seorang murid yang sibuk dengan dunianya sendiri , bagaumanakah cara
menangani anak tersebut ?
3.) Pak Haris : Bagaimana bila pembelajaran
konstruktivisme diterapkan pada masyarakat pesisir atau masyarakat pegunungan yang
sebagian mata pencahariannya bercocok tanam ?
B. Jawaban Pertanyaan :
1.) Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta , tetapi hasil dari menemukan sendiri. Misalnya pada topic mengenai
adanya dua jenis binatang melata , seharusnya ditemukan sendiri oleh peserta
didik. Siklus inkuiri yaitu observasi , bertanya , mengajukan dugaan ,
pengumpulan data , dan penyimpulan
2.) Individu yang mempunyai kecenderungan
sibuk dengan dunianya sendiri membutuhkan penanganan yang sedikit berbeda
dengan murid lainnya , guru pengajar sebaiknya berkonsultasi dengan guru BK
bagaimana cara menengani anak tersebut. Guru pengajar , guru BK bersama-sama
dengan orang tua murid mencari solusi terbaik untuk anak tersebut
Pembelajaran konstruktivisme bila diterapkan
misalnya saja pada masyarakat pesisir yang bermata pencaharian melaut , mereka
belajar dari alam , bagaimana caranya mereka agar tetap bertahan hidup dan
memajukan cara melaut mereka. Jadi mereka belajar sesuai dengan konteks ,
sesuai dengan kenyataan yang ada , dimana mereka belajar langsung dari
pengalaman mereka sendiri. Begitu pula dengan masyarakat pegunungan yang
bermata pencaharian bercocok tanam.
1 komentar:
wwwtugasiana.com
salam konservasi mba
Posting Komentar