Chemistry

Sabtu, 11 Mei 2013

makalah Pembelajaran Konstruktivisme dan Kontekstual


Pembelajaran Konstruktivisme dan Kontekstual


 







Anggota Kelompok :
Dita Try Oktaviyanti (4301411067)
Novalia Lawanti Nk (5101411068)
Ustadz Ulinnuha (6101411002)
Kharisma Rudiansyah (6101411255)


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2012

A.    Pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual

1.      Pengertian
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa menusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri . Konstruktivisme seringkali dikaitkan dengan pendekatan pendidikan yang meningkatkan kegiatan belajar aktif atau kegiatan belajar sambil belajar.
Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivisme adalah peserta didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan pelatihan untuk mengambil prakarsa belajar . untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar , maka lingkungan belajar harus menunjukkan suasana demokratis , kegiatan pembelajaran berlangsung interaktif terpusat pada peserta didik dan pendidik memperlancar proses belajar sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajanya .
2.      Asumsi pembelajaran

a.      Hakekat peserta didik
ü  Peserta didik adalah individu yang bersifat unik : peserta didik dipandang sebagai individu yang kompleks dan multidimensional
ü  Latar belakang dan kebudayaan peserta didik : konstruktivisme social mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri , dan hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang , kebudayaan atau pandangan tentang dunianya sendiri . hal ini juga menekankan pentingnya jenis interaksi social dengan orang lain yang lebih berpengetahuan . Tanpa adanya interaksi social dengan orang-orang  yang lebih berpengetahuan , maka tidak mungkin memperoleh makna social tentang sistem symbol dan belajar tentang cara-cara  menggunakan sistem symbol tersebut .
ü  Tanggung jawab belajar dimana dalam pembelajaran konstruktivisme lebih menekankan kepada pentingnya peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran .
ü  Motivasi belajar adalah tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap potensi belajarnya

b.      Peranan pendidik yaitu mempunyai peran sebagai fasilitator , tugas pendidik adlah berceramah tentang pelajaran yang diajarkan , sedangkan tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pelajaran
c.       Hakekat proses belajar
ü  Belajar merupakan proses social dan aktif , pandangan para pakar konstruktivisme social memandang belajar sebagai proses aktif dimana peserta didik belajar menemukan prisip , konsep , dan fakta untuk dirinya sendiri , dan karena itu penting untuk mendorong berpikir intuitif pada peserta didik .
ü  Dinamika interaksi antara tugas , pendidik , dan peserta didik . Karakteristik peran fasilitator dalam sudut pandang konstruktivisme social adalah bahwa pendidik dan peserta didik terlibat secara sama dalam kegiatan belajar , ini berarti bahwa pengalaman belajar adalah bersifat subjektif dan objektif serta mempersyaratkan bahwa kebudayaan , nilai dan latar belakang pendidik menjadi bagian penting dari jawaban antara peserta didik dan tugas dalam membentuk makna. Masalah atau tugas adalah berhadap-hadapan antara pendidik dan peserta didik . Hal ini menciptakan interaksi yang dinamik antara tugas , pendidik , dan peserta didik .
d.      Kolaborasi antar peserta didik
ü  Belajar sambil mengajar , peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakang hendaknya berkolaborasi dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang kebenaran.
ü  Pentingnya konteks , konstruktivisme social memandang konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat belajar , pengetahuan yang tidak sesuai dengan konteks tidak memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang bersifat autentik , dan belajar autentik itu terjadi apabila peserta didik menjadi bagian dari kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan penerapan belajar dan terjadi di dalam kebudayaan yang sama dengan lingkungan yang diterapkan .
e.      Asesmen
Asesmen dinamik adalah cara menilai potensi peserta didik yang berbeda dari penilaian konvensional , disini  belajar interaktif diperluas dengan proses asesmen . Peranan asesor adalah berdialog dengan peserta didik untuk memperoleh kinerja atau tugas tertentu  dan berbagi dengan peserta didik untuk memperbaiki kinerjanya .  Asesmen dan belajar  dipandang sebagai proses yang berkaitan  . Pendidik hendaknya memandang asemen sebagai proses interaksi kontinyu untuk mengukur prestasi belajar , dan kualitas pengalaman belajar .
f.        Pemilihan , cakupan dan urutan materi pembelajaran
Ø  Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu
Pengetahuan tidak dibagi menjadi materi belajar  yang berbeda , namun hendaknya dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu
Ø  Keterlibatan peserta didik
Peserta didik hendaknya diberikan berbagai tugas yang mengacu pada keterampilan dan pengetahuan diluar tingkat penguasaan yang telah dimiliki . Ini akan menggambarkan motivasi dan melekatkan keberhasilan yang diperoleh sebelumnya untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik .
Ø  Struktur  proses belajar
Hal ini penting untuk memperoleh keseimbangan antara derajat kestrukturan dan fleksibilitas proses belajar . Savery (1994) menyatakan bahwa semakin terstruktur lingkungan belajar , semakin tidak mampu peserta didik membangun makna berdasarkan pemahaman konseptualnya.
3.      Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran konstruktivisme menekankan pembelajaran dari atas kebawah yang berarti peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan
(dengan bantuan pendidik) keterampilan dasar yang diperlukan . pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan belajar kerjasama , aktivitas belajar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah memecahkan masalah secara terbuka , diskaveri , dan eksperimen.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam teori rekonstruksi disebut belajar generative . asumsinya adalah bahwa semua kegiatan belajar adalah menemukan (discovery) . Strategi belajar generative mengajarkan peserta didik tentang cara-cara mengoperasikan mental ketika menghadapi informasi baru. Misalnya , peserta didik diajarkan tentang teknik bertanya , meringkas , membuat analogi tentang materi yang telah dipelajari , dan membuat ulasan atas ceramah yang telah didengarkan.
Pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip konstruktivisme adalah diskaveri , penangkapan , dan belajar terbimbing (assisted learning) atau scaffolding.
Diskaveri (discovery learning) dimana peserta didik belajar melalui keterlibatan aktif terhadap konsep dan prinsip-prinsip , sedangkan pendidik mendorong peserta didik agar memilki pengalaman dan melaksanakan eksperimen yang memungkinkan peserta didik menemukan prinsip-prinsip untuk dirinya sendiri.
Keuntungan belajar dengan menggunakan pendekatan diskoveri yang pertama adalah belajar diskaveri mampu memunculkan hasrat ingin tahu peserta didik , dan memotivasi pserta didik untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul . Kedua , melalui belajar diskaveri peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
Penangkapan (reception learning) , menurut Ausubel belajar penangkapan adalah dimana peserta didik tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan disekolah  . Para pakar teori belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas pendidik adalah

Ñ Menstrukturkan situasi belajar
Ñ Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik
Ñ Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan umum menuju kepada gagasan rinci
Kesamaan belajar diskaveri dan penangkapan , antara lain :
ü  Keduanya mementingkan keterlibatan aktif peserta didik didalam proses belajar
ü  Keduanya menekankan tentang cara-cara mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh prserta didik dengan belajar baru
ü  Keduanya menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya terus menerus berubah walaupun telah masuk didalam pikiran seseorang
Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna (meaningful informasi) . Pembelajaran ekspositori ini terdiri atas 3 tahap penyajian :
Ø  Tahap pertama : penyajian advance organizer
Ausubel (1960) menyatakan bahwa advance organizer merupakan strategi pembelajaran kognitif yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan penguasaan informasi baru . Advance organizer berfungsi untuk menghubungkan gagasan yang disajikan didalam pelajaran denga  informasi yang telah berada didalam pikiran peserta didik dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.
Ø  Tahap kedua : penyajian materi atau tugas belajar
Pendidik menyajikan materi pembelajaran baru dengan menggunakan metode ceramah , diskusi , film atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik. Ausubel menekankan tentang pentingnya mempertahankan perhaian peserta didik dan juga pentingnya pengorganisasian materi pelajaran yang dikaitkan dengan struktur yang terdapat di dalam advance organizer . Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif , dimana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap , dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik , contoh-contoh ilustratif , dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.
Ø  Tahap ketiga : memperkuat organisasi kognitif
Dalam tahap ketiga , Ausubel menyarankan bahwa pendidik mencoba mengaitkan informasi baru kedalam struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran , dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
Belajar terbimbing atau scaffolding , scaffolding merupakan praktik yang didasarkan pada belajar terbimbing yang dikembangkan oleh Vygotsky (Slavin , 1994) . Dapat diartikan pula bahwa scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan secara perlahan-lahan mengurangi batasan-batasan tersebut karena peserta didik telah memperoleh pengetahuan , keterampilan , dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks tersebut (Young , 1993)
Scaffolding atau belajar terbimbing itu meliputi kegiatan pemberian struktur kepada peserta didik pada awal pelajaran kemudian secara gradual menyerahkan tanggung jawab belajar kepada peserta didik.

B.    Pembelajaran kontekstual

1.      Pengertian

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata , memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata , seperti anggota keluarga , warga negara , dan pekerjaan , serta mempersyaratkan belajar dan kerja keras .
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari .
Johnson (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka , yaitu dengan konteks keadaan pribadi , social , dan budaya mereka . Untuk mencapai tujuan seperti itu , sistem tersebut melibatkan 6 komponen , yaitu : membuat keterkaitan yang bermakna , melakukan pekerjaan yang berarti , berpikir kritis dan kreatif , membantu individu untuk tumbuh dan berkembang , mencapai standar tinggi , dan menggunakan penilaian autentik .
Dalam kelas kontekstual , tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya . Maksudnya , pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi .
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi  belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individual , anggota keluarga , anggota masyarakat dan anggota bangsa.

2.      Landasan Pemikiran

a.      Proses belajar
1)      Belajar tidak hanya  sekedar menghafal
2)      Peserta didik belajar dari mengalami
3)      Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
4)      Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah , tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
5)      Menusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru
6)      Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah
7)      Proses belajar dapat mengubah struktur otak
b.      Transfer belajar
1)      Peserta didik balajar dari mengalami sendiri , bukan dari pemberian orang lain
2)      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3)      Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c.       Peserta didik
1)      Seorang peserta didik mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
2)      Strategi belajar itu penting , khususnya untuk hal-hal yang sulit , strategi belajar amat penting
3)      Peran orang dewasa (pendidik) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui
4)      Tugas pendidik memfasilitasi agar informasi baru bermakna , member kesempatan kepada peserta didik untuk  menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri , dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri
d.      Lingkungan belajar
1)      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik
2)      Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka , lebih mementingkan hasilnya
3)      Umpan balik amat penting bagi peserta didik , yang berasal dari proses penilaian yang benar
4)      Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting

3.      Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

a.      Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran kontekstual mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata  , apabila peserta didik terlibat dalam proyek penelitian di kelas , misalnya meneliti tentang perencanaan kota , mereka perlu belajar dan menerapkan seni bernegosiasi , matematika , dan pengetahuan ilmiah lainnya
b.      Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual berbasis pada : pertama , standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau local , atau oleh asosiasi profesi . Kedua , pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu , dan Ketiga , untuk mencapai tujuan pembelajaran , peserta didik perlu menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti pemecahan masalah , berpikir kritis , dan pembuatan keputusan
c.       Pengalaman belajar
Peserta didik memulainya dengan pengetahuan yang telah dimiliki , pengelaman masa lalu , dan situasi tertentu , serta melaksanakan kegiatan dalam koneks eksternal seperti di sekolah, rumah , tempat kerja , dan internet. Pengalaman belajar akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam sehingga peserta didik dalam memperoleh kompetensi memerlukan waktu yang lebih lama namun mampu menerapkan pengalaman tersebut dengan cara yang benar
d.      Integrasi pendidik akademik dan karir
Integrasi pendidik akademik dan karir akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman tentang karir atau bidang kajian teknis tertentu . Semua pendidik , baik secara individual maupun tim , berupaya meningkatkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar

4.      Kompenen pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari . Ada tujuh kompenen utama pembelajaran efektif , yaitu konstruktivisme , bertanya , menemukan , masyarakat belajar ,  permodalan dan penilaian sebenarnya

a.      Konstruktivisme
Manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong . Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah , menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya , dan bergelut dengan ide-ide . Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki , informasi itu menjadi milik mereka sendiri
Dengan dasar itu , pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontrusi bukan menerima pengetahuan . Tugas pendidik adalah menfasilitasi proses  belajar dengan :
1)      Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik
2)      Member kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri
3)      Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
b.      Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teacning and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pendidik harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri yaitu Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan, Pengumpulan data dan Penyimpulan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri dalam pembelajaran kontekstual mencakup kegiatan sebagai berikut :
1.      Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
2.      Mengamati atau melakukan observasi
3.      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.
4.      Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, pendidik, atau audien yang lain.

c.       Bertanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CLT. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pendidik untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir pada peserta didik. Bagi peserta didik, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan peserta didikan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

d.      Masyarakat Belajar

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas CTL, pendidik disarankan selalu melaksanakan peserta didikan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat hiterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang pendidik yang mengajari pesrta didiknya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari pendidik ke arah peserta didik, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh pendidik yang datang dari arah peserta didik. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam : pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.

e.      Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu ataupun pendidik memberi contoh cara mengajarkan sesuatu.
Sebagian pendidik memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum peserta didik melaksanakan peserta didikan tugas tersebut, peserta didik mengamati pendidik membaca dam membolak balik teks. Gerak mata pendidik dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama peserta didik, dengan begitu peserta didik tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan pendidik disampaikan kepada peserta didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran menemukan kata kunci secara cepat.
Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati peserta didik, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus itu pendidik menjadi model.

f.        Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Peserte didik mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki peserta didik diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak peserta didik. Pada akhir pembelajaran, pendidik menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi.

g.      Penilaian autentik

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan pendidik mengidentifikasikan bahwa peserta didik mengalami kemacetan belajar, maka pendidik segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama secara integral tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemampuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil.
Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh peserta didik. Dengan demikian sebagai penilai tidak hanya pendidik, tetapi bisa juga teman atau orang lain.

5.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik. Hal ini akan terjadi apabila peserta didik memahami tiga prinsip pokok, yaitu : kesaling bergantungan (interdependence), deferensiasi (defferentiation), dan pengaturan diri (self regulation).

a.   Prinsip kesaling bergantungan

Prinsip kesaling bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidiklain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam. Menyadari adanya kesaling bergantungan ini dapat menimbulkan pemikiran kritis dan kreatif, dan pemikiran ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dapat menghasilkan pemahaman baru.
Prinsip kesaling bergantungan juga mendukung adanya kerjasama antar komunitas belajar. Dengan kerja sama, peserta didik tergantung dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari alternatif pemecahan masalah.

b.   Prinsip diferensiasi

Pendidik yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajran kontekstual, mereka akan melihat pentingnya kelas itu tercipta suasana yang memicu kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerjasama. Pembelajaran aktif yang terpusat pada peserta didik juga mendukung prinsip differensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini membebaskan peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan cara belajarnya sendiri dan berkembang dengan langkah-langkahnya sendiri.

c.    Prinsip pengaturan diri

Dalam prinsip ini, kegiatan belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri, dan disadari sendiri oleh peserta didik. Prinsip pengaturan diri meminta pendidik untuk mendorong setiap peserta didik mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan prinsip ini, sasaran utama pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan tertentu dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki.

6.      Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Esensi pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota bangsa dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, prose belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realitis dan lebih bermakna.
Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai pendekatan yaitu : pendekatan berbasis masalah, menggunakan konteks ganda, pengelompokan peserta didik, dukungan belajar mengatur diri sendiri, membentuk kelompok belajar saling bergantung, menggunakan asesmen autentik.

a.         Pembelajaran berbasis masalah

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran. Pendekatan ini meliputi perolehan informasi yang berkaitan dengan masalah, mensistensis informasi, dan menyajikan temuan kepada orang lain.

b.         Penggunaan keragaman konteks

Teori kognisi yang sesuai dengan situasi menyatakan bahwa pengetauan tidak dapat dipisahkan dari konteks fisik dan sosial dimana pengetauan itu berkembang. Bagaimana dan dimana seseorang memperoleh dan menciptakan adalah sangat penting. Oleh karena itu, pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan diberbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, keluarga dan masyarakat.

c.          Pengelompokan peserta didik

Esensi pengelompokan peserta didik adalah agar mereka mampu berbagi pengalaman atau informasi. Oleh karena itu dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam konteks belakang sepeprti kebiasaan, kemampuan dan sejenisnya, agar mereka memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah. Perbedaan ini juga dapat mendorong semangat belajar dan menambah kompleksitas pengalaman dalam pengalaman belajar.

d.         Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri

Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini mereka mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.untuk melakukan kegiatan seperti itu, peserta didik harus lebih menyadari cara mengolah informasi, menggunakan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang menkonteks belakangi identifikasi dan pemecahan masalah. Pengalaman pembelajaran kontekstual juga memberikan peluang kepada peserta didik untuk melakukan refleksi atas kegiatan belajarnya, dan menyediakan dukungan untuk membantu mereka mengubah diri dari individu yang belajar dengan bimbingan orang lain menjadi individu yang belajar mandiri.

e.         Pembentukan kelompok belajar saling bergantung

Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberiakan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar atau komunitas belajar yang dibangun di sekolah atau di tempat kerja dimaksudkan untuk berbagai pengetahuan, terfokus pada tujuan dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan. Apabila komunitas belajar itu dibangun di sekolah, peran guru hendaknya sebagai fasilitator ataupun sebagai pembimbing belajar.

f.           Menggunakan asesmen autentik

Pembelajaran kontekstual dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan secara bermakna dengan melibatkan peserta didik dalam kehidupan nyata atau konteks yang autentik. Oleh karena itu asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.



Kesimpulan :

Pembelajaran konstruktivisme dengan pembelajaran kontekstual merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan , dimana pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran atas pengalaman yang dimiliki oleh seseorang itu sendiri sedangkan kontekstualnya sendiri dimana peserta didik dapat mengaitkan ilmu yang ia miliki dengan kehidupan nyata , contohnya saja orang yang berasal dari pedesaan yang mata pencahariaannya bertani , kemudian ia kuliah di perguruan tinggi mengambil jurusan pertanian , setelah ia lulus ia membantu para petani di desanya untuk bagaimana agar mata pencaharian di desanya tetap berjalan bahkan maju.






Lampiran


A.      Daftar pertanyaan :

1.)    Ardi : Pada komponen kontekstual , apakah yang dimaksud dengan inkuiri ?
2.)    Lila Safitri : Setiap individu bersifat unik , jika ada seorang murid yang sibuk dengan dunianya sendiri , bagaumanakah cara menangani anak tersebut ?
3.)    Pak Haris : Bagaimana bila pembelajaran konstruktivisme diterapkan pada masyarakat pesisir atau masyarakat pegunungan yang sebagian mata pencahariannya bercocok tanam ?

B.      Jawaban Pertanyaan :

1.)    Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta , tetapi hasil dari menemukan sendiri. Misalnya pada topic mengenai adanya dua jenis binatang melata , seharusnya ditemukan sendiri oleh peserta didik. Siklus inkuiri yaitu observasi , bertanya , mengajukan dugaan , pengumpulan data , dan penyimpulan
2.)    Individu yang mempunyai kecenderungan sibuk dengan dunianya sendiri membutuhkan penanganan yang sedikit berbeda dengan murid lainnya , guru pengajar sebaiknya berkonsultasi dengan guru BK bagaimana cara menengani anak tersebut. Guru pengajar , guru BK bersama-sama dengan orang tua murid mencari solusi terbaik untuk anak tersebut
Pembelajaran konstruktivisme bila diterapkan misalnya saja pada masyarakat pesisir yang bermata pencaharian melaut , mereka belajar dari alam , bagaimana caranya mereka agar tetap bertahan hidup dan memajukan cara melaut mereka. Jadi mereka belajar sesuai dengan konteks , sesuai dengan kenyataan yang ada , dimana mereka belajar langsung dari pengalaman mereka sendiri. Begitu pula dengan masyarakat pegunungan yang bermata pencaharian bercocok tanam.

1 komentar:

Ichun mengatakan...

wwwtugasiana.com
salam konservasi mba

Posting Komentar